Arsip

Archive for April 5, 2010

Makna dari sebuah perjuangan Cinta

April 5, 2010 1 komentar

….cinta tidak akan mengenal kedalamannya sendiri sampai tiba saat perpisahan(Kahlil Gibran).

Mungkin temen-temen dch sering baca tulisan diatas, baik secara sengaja ataupun tidak, dipaksa oleh guru ataupun nafsu untuk membaca buku(bukan nafsu yang lain yoo.).  tapi jujur, saya belum mengerti penuh tentang arti kalimat diatas(Tanya ja m yg Buat)..

tapi menurut saya, tulisan ini mengartikan bahwa cinta adalaha anugrah tuhan yang dimiliki oleh setiap ciptaanya(yg bisa bergerak dan berkomunikasi tentunya). so, cinta itu bisanya dari mata turun kehati. meskipun wajibnya seperti itu, tapi sekarang cinta kebanyakan dari dompet naik ke mata..

dulu saya pernah membaca buku(lupa judulnya apa) yg menceritakan tentang kisah cinta seorang pria dengan wanita(bukan romi n juleha ya…). critanya di daerah polandia yang pada abad 19 – 20 masehi masih dikuasai oleh rusia. nah pada waktu itu setiap laki2 yang usianya sudah cukup, maka mereka akan diajak ikut berperang. Sam(nama prinya) yang sudah berumur 17 tahun akan diikutkan dalam perang, dan kemungkinannya kecil untuk kembali pulang. Setelah berpikir panjang antara ikut berperang dengan mencari tambatan hatinya, Sam memutuskan untuk pergi mencari tambatan hatinya yang ada di new york, dengan berbekal makanan dan minumam seadanya. tapi jika ke new york dia harus melewati perbatasan yang dijaga. tapi beruntung, pada waktu dia akan melewati penjaga dia mengenal salah satu penjaga perbatasan. dan akhirnya dia dapat menyebrang ke new york dan bertemu dgn tambatan hatinya dan mereka menikah.(Chiken soup)

Akhir yang sangat bgus. so, jangan pernah melupakan yang namanya keajaiban cinta. jika hatimu merasa klop dengan dirinya jangan dipendam dalam hati, karena jika dia sudah pergi kamupun tidak dapat berkata apa-apa. katakanlah cintamu pada dirinya.

NB: Jangn pernah lihat lawan jenismu dari penampilan karena itu hanya nafsu.

Kategori:Uncategorized

Rubuhnya Duryodhana

April 5, 2010 1 komentar

Bima dan Duryodhana sudah siap untuk bertanding. Dan para penonton dengan gembira ingin menyaksikan kedua ahli gada tersebut akan mengadu kepiawaian mereka dalam mengolah senjata gada. Dan mereka berdua pun merupakanmurid dari Balarama.

Pertandingan pun dimulai, keduanya sama-sama ahli dan hebat  di dalam memaninkan gada. setelah beberapa lama akhirnya mereka berdua pun tampak kelelahan.merekapun berhenti sejenak, kemudian melanjutkan pertandingan.

Bima dan Duryodhana bertanding secara aturan yang telah ditetapkan. Benturan baja dengan baja menghasilkan percikan-percikan api.  Suatu saat Duryodhana mampu menghempaskan gada Bima dari tangannya, dengan cepat pula Bima mengambilnya.

Sementara mereka bertanding. Arjuna dan Krisna bercakap-cakap : ” Kanda, siapakah yang lebih unggul dari keduanya! Siapa yang patut menjadi pemenang?tolonglah beritahu saya menurut kanda”. Krisna pun tersenyum dan berkata : ” Kedua-duanya dilatih oleh kakakku Balarama, kedua-duanya sama baiknya. Tetapi Arjuna, kamu dapat melihat dengan jelas bahwa Duryodhana lebih unggul dari Bima, sedangkan Bima lebih kuat dari Duryodhana. Lihatlah bagaimana pandainya Duryodhana mementahkan serangan dari Bima. Dengan pertandingan yang jujur, Duryodhana tidak dapat dikalahkan. Lalu Arjuna pun teringat akan sumpahnya Bima dahulu, disaat dussasana hendak melepaskan pakain Drupadi, maka Arjuna pun memukul pahanya keras-keras. Dan Bima pun mengerti akan isyarat itu.

Duryodhana melepaskan pukulan yang sangat hebat kepada Bima hingga dia hampir tidak sadarkan diri. Lalu Bima sadar akan kelemahannya, dia mulai mendesak Duryodhana dengan ketat dan memukul dadanya. tetapi Duryodhana meloncat keudara sehingga pukulan Bima menjadi sia-sia.  Bima pun mengulang kembali pukulan yang seperti tadi, kali ini dia memukul agak tinggi dari sebelumnya. Kembali lagi Duryodhana meloncat keudara tetapi ketika dia melompat gada Bima mengenai pinggang Duryodhana. Maka remuklah pinggang Duryodhana.

Lalu gempa pun menggoncang bumi sebagai tanda protes karena Bima mengalahkan Duryodhana tidak sesuai dengan aturan. Sebaliknya Bima merasa senang karena telah melaksanakan sumpahnya yang telah diucapkan empat belas tahun yang lalu. Bima pun berlari kearah Duryodhana lalu menginjakan kakinya dikepala Duryodhana. Dan sebelum Bima menginjakan kakinya untuk kedua kalinya Yudistira cepat menarik Bima agar tidak mengulangi perbuatan itu katanya : ” Bhima jangan kau lakukan itu lagi, cukup kamu lakukan sesuai dengan sumpahmu saja. Jika lebih maka berarti kamu telah melakukan penghinaan terhadap Duryodhana. Ia adalah seorang raja yang Abhiseka(dinobatkan). Dia adalah saudaramu, dia adalah putra dari keluarga Kuru. Dia sudah kehilangan segala-galanya dan tidak patutlah kamu berbuat demikian pada saat dia tidak berdaya. Dia tidak boleh dihina. Saya tidak senang jika penghinaan ini kamu lakukan terhadap raja yang kalah”. Dengan air mata menetes Yudisthira menghalangi tindakan Bhima. Yudisthira lalu mendekati Duryodhana lalu berkata : ” Saudara sepupuku yang tercinta, janganlah bersedih. Kamu telah kehilangan segala-galanya apa yang pernah kau miliki dan sekarang kamu terbaringdi tanah sampai ajalmu tiba. Ketahuilah ini bukan karena kesalahan kami tetapi justru karena perbuatanmu. Kamu telah berbuat karma dan nasib telah menentukan sesuai dengan karma yang kamu perbuat. Duryodhana, saya iri kepadamu. Kamu akan menikmati sorga, sedangkan kami harus tinggal di dunia mempertahankan kebesaran ini. Saya mengucapakan selamat “.

Yudistira tidak terlalu bahagia menyaksikan kehancuran negara ini yang disebabkan oleh perbuatan 1 orang yaitu Duryodhana, yang sekarang telah ikut hancur pula. Bagi hati Yudisthira yang lembut kemenangan ini tidak menjadikan dia bahagia. Karena korban yang dihabiskan terlalu besar.

(SUMBER : Darah memereah di Kurukhsetra oleh C. Premadasa,

Penerbit : Yayasan Dharma Sarathi tahun 2001)

Kategori:Uncategorized